BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Persalinan
merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu
maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai. Persalinan dibagi menjadi empat tahap penting
dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut ( Manuaba, IG, 1999 )
Pada
persalinan terjadi perubahan fisik yaitu : ibu akan merasa sakit pinggang,
sakit perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman, tidak bisa tidur
nyenyak. Dan perubahan psikis yang terjadi yaitu merasa ketakutan sehubungan
dengan diri sendiri, takut kalau terjadi bahaya terhadap dirinya pada saat
persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang
dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu, misalnya mengalami kesulitan
pada persalinan yang lalu, ketakutan karena anggapan sendiri bahwa persalinan
itu merupakan hal yang membahayakan (
Ibrahim,C, 1993 )
Ibu
merupakan kesatuan dari Bio Psikososial Spiritual maka perlu perhatian khusus
dari bidan yang dalam menyiapkan fisik dan mental guna meningkatkan serta
mencegah komplikasi lebih lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga dari team
pelayanan kesehatan yang keberadaannya paling dakat dengan ibu yang mempunyai
peran penting dalam mengatasi masalah melalui asuhan kebidanan. Dalam
melaksanan asuhan kebidanan bidan dituntut memiliki wawasan yang luas, trampil
dan sikap profesional, karena tindakan yang kurang tepat sedikit saja dapat
menimbulkan komplikasi. Oleh karenanya diharapkan semua persalinan yang dialami
ibu dapat berjalan normal dan terjamin pula keselamatan baik ibu dan bayinya.
Dalam hal ini Penulis mencoba melakukan study kasus pada Ny.
A G1PoA0 umur 28 tahun di BPS Siti Musa’adah, Beringin, Ngaliyan, Semarang.
B. TUJUAN
·
Tujuan
Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan
pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan
normal sesuai standart Asuhan Persalinan Normal ( APN ) melalui penerapan
manajemen kebidanan
·
Tujuan
Khusus
1. Mampu melakukan anamnesa dengan
menggunakan komunikasi yang baik dan benar kepada ibu bersalin, serta menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti.
2. Mampu melakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan benar dan
tepat pada ibu bersalin.
3. Mampu
menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh
melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
4. Mampu membuat
suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah ditentukan.
5. Mampu
melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun.
6. Mampu melakukan
evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
7. Mampu membuat
pendokumentasian menggunakan metode SOAP.
C. METODE
PENULISAN
Metode
penulisan ini adalah deskriptif yaitu menggunakan gambaran secara garis besar,
serta tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
meliputi :
a. Wawancara
Yaitu mengadakan
tanya jawab (anamnesa) dengan klien/keluarga dalam rangka mendapatkan data
subyektif dan informasi yang dibutuhkan.
b. Observasi
Yaitu mengamati perilaku
dan keadaan untuk memperoleh data tentang kesehatan pasien secara langsung dan
sekaligus memberikan asuhan kebidanan.
c. Pemeriksaan fisik
Yaitu pemeriksaan pada
pasien dalam rangka mendapatkan data objektif dan untuk memperjelas data-data.
d. Pemeriksaan laboratorium
Yaitu pemeriksaan yang
dilakukan sebagai penunjang data-data sebelumnya sehingga dapat lebih tepat
dalam memberikan asuhan kebidanan.
e. Study kepustakaan
Untuk memperkaya khasanah
ilmiah yang mendukung pelaksanaan asuhan pada kasus yang diambil melalui sumber
– sumber buku yang sesuai.
D.
SISTEMATIKA PENULISAN.
Sistematika dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut:
BAB
I : Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan penulisan
C. Metodologi penulisan
D. Sistematika penulisan
BAB
II : Tinjauan teori ”Asuhan Persalinan Normal”
BAB
III : Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal
BAB
IV : Pembahasan
BAB
V : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar
pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI PERSALINAN
a.
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lahir ke
dunia luar (Prawiroharjo,S, 1999).
b.
Persalinan
adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hidup cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (UNPAD,1983).
c.
Persalinan
adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
2.2 PROSES
PERSALINAN
Pada proses persalinan
menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4
kala yaitu :
1.
Kala
1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a). Fase laten
·
Dimulai
sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap
·
Pembukaan
kurang dari 4 cm
·
Biasanya
berlangsung kurang dari 8 jam
b). Fase aktif
·
Frekuensi
dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat / 3
kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
·
Serviks
membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm/lebih
perjam hingga pembukaan lengkap (10)
·
Terjadi
penurunan bagian terbawah janin
·
Berlangsung
selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :
Berdasarkan kurva friedman :
ü Periode akselerasi, berlangsung
selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm
ü Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari
4 menjadi 9cm
ü Periode diselerasi, berlangsung
lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm / lengkap
2.
Kala
II : Kala pengeluaran janin
Waktu
uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga
keluar.
Pada kala II ini memiliki
ciri khas :
·
His
terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira
2-3menit sekali
·
Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa
ingin mengejan
·
Tekanan
pada rektum, ibu merasa ingin BAB
·
Anus
membuka
Pada waktu
his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang, dengan
his dan mengejan yang terpimpin kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan
janin.
Lama pada kala II ini pada primi
dan multipara berbeda yaitu :
§ Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam
§ Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam
Pimpinan
persalinan
Ada 2 cara
ibu mengejan pada kala II yaitu menurut dalam letak
berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku,
kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup;
dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring kearah dimana punggung janin
berada dan hanya satu kaki yang dirangkul yaitu yang sebelah atas
(JNPKR dan Depkes, 2002)
3.
Kala
III : Kala uri
Yaitu waktu
pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi
rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat
dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2
kali sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam
waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas terdorong
ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit
setelah bayi lahir. Dan
pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira –
kira 100-200cc.
v Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri
terdiri atas:
a. Schultze
·
Data
ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah
kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula – mula di tengah
kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada
sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
b. Dunchan
·
Lepasnya
uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari pinggir (20%)
·
Darah
akan mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak
dari tengah dan
pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
v Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
1) Kustner
Meletakkan tangan dengan
tekanan pada / diatas simfisis, tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti
belum lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah
terlepas.
2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong
sedikit rahim, bila tali pusat kembali berarti belum lepas, bila diam/turun
berarti sudah terlepas.
3) Strastman
Tegangkan tali pusat dan
ketuk pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti
sudah terlepas.
4) Rahim menonjol diatas symfisis
5) Tali pusat bertambah panjang
6) Rahim bundar dan keras
7) Keluar darah secara tiba-tiba
4.
Kala
IV: Kala pengawasan
Yaitu
waktu setelah bayi lahir dan uri selama 1-2 jam dan
waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum.
2.3 MEKANISME
PERSALINAN
Mekanisme persalinan
merupakan gerakan-gerakan janin pada proses persalinan yang meliputi
langkah sbb :
a) Turunnya
kepala, meliputi :
Ø Masuknya kepala dalam PAP
Ø Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah – tengah
jalan lahir tepat diantara symfisis dan promontorium ,disebut
synclitismus.Kalau pada synclitismus os.parietal depan dan belakang sam
tingginya jika sutura sagitalis agak kedepan mendekati symfisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium disebut Asynclitismus.
Ø Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut
asynclitismus posterior jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b) Fleksi
Fleksi
disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c) Putaran
paksi dalam
Yaitu
putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d) Ekstensi
Setelah
kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini disebabkan
karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan
dan keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e) Putaran
paksi luar
Setelah
kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung anak torsi pada
leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f)
Ekspulsi
Setelah
kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan pengeluaran
anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah
anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.
2.4
58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL
1.
Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
·
Ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran
·
Ibu
merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
·
Perineum
tampak menonjol
·
Vulva
dan sfingter ani membuka
2.
Pastikan
kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan
dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi
baru lahir. Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi.
·
Menggelar
kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
·
Menyiapkan
oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3.
Pakai
celemek
plastik.
4.
Melepaskan
dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
5.
Pakai
sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6.
Masukkan
oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau steril) dan letakkan di
partus set/wadah DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik).
7.
Membersihkan
vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan DTT.
·
Jika
introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
·
Buang
kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
·
Ganti
sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam larutan
klorin 0,5 %)
8.
Lakukan
periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
·
Bila
selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9.
Dekontaminasi
sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120 – 160x/menit).
·
Mengambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal
·
Mendokumentasikan
hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
·
Tunggu
hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan
ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
·
Jelaskan
pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran dengan benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada
dorongan kuat untuk meneran.
·
Bimbing
ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
·
Dukung
dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
·
Bantu
ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
·
Anjurkan
ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
·
Anjurkan
keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
·
Berikan
cukup asupan cairan per oral (minum)
·
Menilai
DJJ setiap kontraksi uterus selesai
·
Segera
rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida)
atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan
bayi di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah
bokong.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan
atau bernafas cepat dan dangkal.
20. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi
dengan kasa/kain bersih.
21. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan
ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
·
Jika
tali pusat melilit leher secara longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
·
Jika
tali pusat melilit leher secara kuat,
klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut
22. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
23. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
24. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
25. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan
atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan
jari-jari lainnya).
26. Penilaian segera bayi baru lahir.
27. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian tali pusat.
28. Jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2cm distal dari klem pertama.
29. Dengan satu tangan, pegang tali pusat
yang telah dijepit dan lakukan pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
30. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang
bersih dan kering, selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat
terbuka. Tali pusat tidak perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi
dapat dioles dengan antiseptik.
·
Jika
bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan asfiksia
31. Berikan bayi
kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan untuk memulai
pemberian ASI.
32. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
33. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus
berkontraksi baik.
34. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
35. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.
36. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di
tepi atas simpisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
37. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke
arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi prosedur di atas.
·
Jika
uterus tidak segera berkontraksi minta
ibu, suami datau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
38. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas. Minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorsokranial).
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan
plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah
disediakan.
·
Jika
selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
40. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
·
Lakukan
tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik
masase.
41. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal
maupun fetal dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan
palsenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
42. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum. Lakukan panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam.
44. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 %, bilas kedua tangan tersebut
dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan
kering.
45. Selimuti bayi dan tutupi
bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih dan kering.
46. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60
menit setelah bayi lahir).
47. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam.
·
2-3
kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
·
Setiap
15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
·
Setiap
20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
·
Jika
uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan
atonia uteri
48. Ajarkan ibu/keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
49. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15menit selama 1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua pascapersalinan.
·
Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan
·
Melakukan
tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan
sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian bersih dan kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5 %.
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin
0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama
10menit.
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes
mata profilaksis dan vitamin K 0, 1 cc.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NORMAL
NY.
A, G1P0A0, USIA 23 TAHUN, HAMIL 39 MINGGU
IN
PARTU KALA I FASE LATEN
I.
PENGKAJIAN
Tanggal : 18 Februari 2010
Jam : 12.45 WIB
Tempat : BPS Siti Musa’adah
II. IDENTITAS PASIEN
Nama
ibu : Ny.
A Nama suami : Tn. E
Umur : 23
tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Suku
bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jatimas
RT.02/01, Alamat : Jatimas
RT.02/01,
Ngaliyan Ngaliyan
III. DATA SUBYEKTIF
1.
Alasan
Datang :
Ibu merasakan kenceng-kenceng seperti
hendak melahirkan
Keluhan Utama
:
Ibu merasakan kenceng-kenceng sering dan
teratur sejak jam 09.00 WIB dan mengeluarkan lendir bercampur darah sejak jam
12.30 WIB
2.
Tanda-tanda
Persalinan :
Kontraksi : sering dan adekuat
Frekuensi : 2x dalam 10 menit, lamanya 40 detik
Lokasi ketidaknyamanan : perut bagian bawah menjalar ke punggung
PPV : lendir bercampur darah
3.
Riwayat
Kesehatan :
Sekarang : Ibu
mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, hepatitis,
asma, TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.
Dahulu : Ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, hepatitis,
asma, TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.
Keluarga : Ibu
mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat keturunan kembar, penyakit jantung,
hipertensi, DM, hepatitis, asma, TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.
4.
Riwayat
Obstetri :
a.
Riwayat
haid :
Menarche : 13
tahun
Siklus : ±
28 hari
Lama : ±
6 hari
Banyak : 2-3x
ganti pembalut/hari Disminorhae :
tidak
b.
Riwayat
kehamilan, persalinan yang lalu :
Ibu
mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama
c.
Riwayat
Perkawinan :
Ibu menikah 1 kali dengan suami yang sekarang,
lamanya ± 1 tahun, status perkawinan : sah
d.
Riwayat
KB :
Ibu belum pernah mengguanakan KB apapun
e.
Riwayat
Kehamilan Sekarang :
G1P0A0
HPHT : 17-5-2009
HPL : 24-2-2010
ANC : 14x
TT : 2x
Fe : 90
tablet
Minum
jamu/obat : tidak
Gerak janin :
aktif 24 jam terakhir, 6x / 24 jam
5.
Pola
Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
·
Pola
Nutrisi : makan terakhir tadi siang jam 12.00 WIB, porsi sedang, menu nasi,
lauk, sayur. Minum air putih.
Keluhan : ibu merasa malas mau makan
·
Pola
Istirahat : ibu telah tidur malam ± 6 jam
Keluhan : ibu merasa tidurnya tidak nyenyak
· Pola Eliminasi : BAB terakhir tadi pagi jam 10.00 WIB, BAK
terakhir jam 11.45 WIB
Keluhan : ibu mengatakan semakin sering kencing
· Personal hygiene : terakhir mandi dan gosok gigi tadi pagi jam
09.00 WIB
Keluhan : ibu mengatakan tidak ada keluhan
·
Psiko,
sosial, culture : Ibu merasa cemas menghadapi persalinannya. Hubungan ibu
dengan keluarga dan tetangga baik. Ibu tidak menganut adat istiadat yang
bertentangan dengan kesehatan. Ibu ditunggui oleh suami dan keluarga terdekat.
6.
Tingkat
Pengetahuan :
Ibu mengetahui
bahwa kehamilannya sudah mendekati hari perkiraan lahir.
IV. DATA OBYEKTIF
1.
Keadaan
Umum : baik
Kesadaran : composmentis
2. Tanda-tanda Vital :
TD : 120/80
mmHg
N : 82x/menit
T : 37oC
RR : 20x/menit
3. Status Present :
Kepala : mesocephal,
kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak mudah rontok
Muka : tidak
ada oedema
Mata : konjungtiva merah muda, sklera warna putih jernih
Hidung : simetris,
tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : tidak
ada stomatitis, tidak ada caries dentis
Telinga : simetris,
tidak ada serumen, tidak ada OMA/OMP
Leher : tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada : simetris,
gerak nafas teratur
Ketiak : tidak
ada pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : tidak
ada pembesaran hati dan limpa
Lipat paha : tidak
ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : tidak
ada varises, tidak ada oedema, tidak ada infeksi
Ekstremitas : simetris,
tidak ada varises, tidak ada oedema
Punggung : tidak
ada kelainan
Anus : tidak
ada hemoroid
4. Status Obstetrikus :
Muka : tidak
ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum
Mammae : membesar,
areola meghitam, putting menonjol, mammae bersih, sudah keluar kolostrum
Abdomen : membesar
sesuai kehamilan, tidak ada bekas operasi, terdapat striae gravidarum
Vulva : tidak
ada oedema, tidak ada varises, tidak ada infeksi
PPV : lendir darah
5. Pemeriksaan Leopold :
Leopold I : teraba
bagian besar bulat lunak, TFU pertengahan antara pusat dengan procesus
xyphoideus
Leoopold II : sebelah
kiri teraba tahanan keras memanjang
Sebelah kanan
teraba bagian-bagian kecil janin
Leopold III : teraba
bagian besar bulet keras melenting
Leopold IV : divergen
penurunan kepala
3/5
TFU dengan Mc. Donald = 31
cm
TBJ
= ( 31 – 11 ) x 155 = 3100 gram
6. DJJ = 140x/menit, punctum maks. di 1/3 antara pusat
dengan SIAS kiri
7. Reflek Patella
: + / +
8. Pemeriksaan Dalam : tgl/jam
: 18 Februari 2010 / 12.45 WIB
Vulva/vagina :
tidak ada tumor atau benjolan
Serviks :
-
keadaan : elastis
-
pembukaan : 3 cm
-
efficemen : 25
%
Kulit ketuban : (+)
utuh
Presentasi :
belakang kepala
POD :
belum dapat teraba
9.
Pemeriksaan
Penunjang : tidak dilakukan
V. ANALISA
Ny. A, G1P0A0,
umur 21 tahun, hamil 39 minggu, janin tunggal hidup intra uteri, letak
membujur, preskep, puki, Ʉ , in partu kala I fase laten.
VI. PLANNING
Tanggal 18
Februari 2010, jam 12.50 WIB
1.
Memberitahu
ibu bahwa keadaan dirinya dan janinnya normal
Hasil : ibu
mengetahui keadaan dirinya dan janinnya normal
2.
Menganjurkan
ibu untuk berjalan-jalan atau berbaring miring ke kiri
Hasil : ibu
memilih berbaring ke kiri
3.
Menganjurkan
ibu untuk berkemih
Hasil : ibu
berkemih, urine ± 100 cc
4.
Menganjurkan
ibu untuk bernapas panjang bila ada kontraksi yaitu tarik napas panjang melalui
hidung dan keluarkan melalui mulut
Hasil : ibu
mengerti dan kooperatif
5.
Menganjurkan
ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi
Hasil : ibu
mau makan dan minum saat tidak ada kontraksi
6.
Mempersiapkan
partus set yang berisi klem arteri, 1/2 kocher, gunting
tali pusat, gunting episiotomi, needle holder, jarum otot dan kulit, kassa,
benang tali pusat, spuit berisi oksitosin
Hasil : partus
set telah disiapkan dalam keadaan steril
7.
Melakukan
pengawasan 10
Hasil :
Jam
|
KU
|
TD
|
S
|
N
|
RR
|
DJJ
|
HIS
|
PPV
|
BR
|
Tanda Kala II
|
13.00
|
baik
|
|
|
82
|
|
140
|
2x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
13.30
|
baik
|
|
|
82
|
|
140
|
2x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
14.00
|
baik
|
|
|
84
|
|
140
|
2x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
14.30
|
baik
|
|
37
|
88
|
|
144
|
2x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
15.00
|
baik
|
|
|
84
|
|
144
|
3x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
15.30
|
baik
|
|
|
88
|
|
140
|
3x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
16.00
|
baik
|
|
|
88
|
|
144
|
3x/10mnt,
40 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
VII. PENGKAJIAN, KALA I
Tanggal 18
Februari 2010, jam 16.30
S : Ibu
merasakan kenceng-kenceng yang semakin kuat
O : VT
Ø 6 cm, KK (+), eff : 75%, DJJ 140x/menit, punctum maks. di 1/3 antara pusat
dengan SIAS kiri, his 3x dalam 10 menit lamanya 40 detik, penurunan kepla 3/5,
H-II, nadi 84x/menit, TD 110/70 mmHg
A : Ny.
A, G1P0A0, umur 21 tahun, hamil 39 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, letak membujur, preskep, puki, Ʉ , in partu
kala I fase aktif
P :
Tanggal 18
Februari 2010, jam 16.30 WIB
1.
Memberitahu
ibu bahwa keadaan dirinya dan janinnya normal
Hasil : ibu
mengetahui keadaan dirinya dan janinnya normal
2.
Menganjurkan
ibu untuk bernapas panjang bila ada kontraksi
Hasil : ibu
mengerti dan kooperatif
3.
Menganjurkan
ibu untuk berkemih
Hasil : ibu
berkemih, urine ± 150 cc
4.
Melakukan
pengawasan 10
Hasil :
Jam
|
KU
|
TD
|
S
|
N
|
RR
|
DJJ
|
HIS
|
PPV
|
BR
|
Tanda Kala II
|
17.00
|
baik
|
|
|
80
|
|
140
|
3x/10mnt,
45 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
17.30
|
baik
|
|
|
84
|
|
144
|
4x/10mnt,
45 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
18.00
|
baik
|
|
37
|
84
|
|
144
|
4x/10mnt,
50 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
18.30
|
baik
|
|
|
88
|
|
140
|
5x/10mnt,
50 detik
|
lendir darah
|
-
|
-
|
19.00
|
baik
|
|
|
84
|
|
144
|
5x/10mnt,
50 detik
|
lendir darah
|
-
|
Ibu ingin mengejan
|
VIII. PENGKAJIAN, KALA II
Tanggal 18 Februari 2010, jam 19.00 WIB
S : Ibu
merasakan kenceng-kenceng yang semakin sering dan kuat
Ibu merasakan ingin mengejan
O : VT
Ø 10 cm, KK (-) pecah jam 19.00 WIB, warna :
jernih, bau : khas, his 5x dalam 10 menit lamanya 50 detik, penurunan
kepala 0/5, H-IV, nadi : 84x/menit, DJJ 144x/menit, TD : 120/80 mmHg
A : Ny.
A, G1P0A0, umur 21 tahun, hamil 39 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, letak membujur, preskep, puki, Ʉ , in partu
kala II
P :
Tanggal 18
Februari 2010, jam 19.00 WIB
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan telah lengkap
Hasil : ibu
mengetahui pembukaan telah lengkap
2. Memastikan dan mengawasi tanda dan gejala kala II : ada
dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol, vulva membuka
Hasil : sudah
muncul tanda gejala kala II
3.
Memastikan
partus set telah siap digunakan
Hasil : partus
set telah lengkap
4.
Mempersiapkan
diri penolong
Hasil : celemek
telah dipakai, tangan telah dicuci, dan memakaisarung tangan
5.
Membersihkan
vulva dan perineum, melakukan pemeriksaan dalam, mencelupkan handscoon dalam
chlorin, menghitung DJJ
Hasil : vulva
dan perineum bersih, pembukaan lengkap, handscoon telah direndam dalam chlorin,
DJJ 144x/menit
6.
Memberitahu
ibu bahwa pembukaan telah lengkap lalu meminta bantuan keluarga untuk mengatur
posisi ibu yaitu dorsal recumbent
Hasil : ibu
dalam posisi dorsal recumbent
7.
Membimbing
ibu meneran yaitu saat ada kontraksi dibarengi ibu untuk mengejan dengan kuat
Hasil : ibu
kooperatif
8.
Meletakkan
handuk di atas perut ibu dan kain bersih yang dilipat 1/3 di bawah bokong ibu
Hasil : handuk
dan kain telah terpasang
9.
Membuka
partus set dan memakai sarung tangan
Hasil : sarung
tangan telah dipakai
10. Menolong kelahiran bayi
Kepala : tangan
kiri pada kepala bayi sambil menahan vulva bagian atas, tangan kanan menahan
perineum, menyeka muka, cek lilitan tali pusat, tunggu putaran paksi luar
Bahu depan : letakkan
tangan kanan di atas dan tangan kiri di bawah pada masing-masing sisi kepala
bayi (biparietal), lakukan tarikan ke bawah sesuai jalan lahir
Bahu belakang : lakukan
tarikan ke atas sesuai jalan lahir
Badan : tangan
kanan menyangga kepala, leher, dan bahu janin (sangga), tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin (susur)
Meletakkan bayi di
atas perut ibu, nilai napas dan gerak
Hasil : bayi
lahir spontan langsung menangis, jam 19.15 WIB, laki-laki, BB = 3300 gram, PB =
47 cm, LK = 31 cm, LD = 33 cm
11. Mengeringkan bayi
Hasil : bayi
telah kering
12. Menjepit tali pusat, mengurut, memotong tali pusat,
mengikat tali pusat, mengganti handuk, memakaikan pakaian pada bayi
Hasil : bayi
telah hangat
13. Menghitung jumlah perdarahan
Hasil : perdarahan
± 50 cc
IX. PENGKAJIAN, KALA III
Tanggal 18
Februari 2010, jam 19.15 WIB
S : Ibu
merasa tenang dan senang karena bayi telah lahir
O : Plasenta
belum keluar, nadi 84x/menit
A : Ny.
A, P1A0, umur 21 tahun, in partu kala III
P :
Tanggal 18
Februari 2010, jam 19.15 WIB
1. Memeriksa TFU untuk memastikan janin tunggal
Hasil : janin
tunggal, TFU setinggi pusat
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin
Hasil : ibu
tahu akan disuntik oksitosin
3. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 atas paha
lateral ibu
Hasil : oksitosin
sudah masuk 10 IU
4. Melakukan dorso kranial saat kontraksi dan melakukan PTT
Hasil : plasenta
lahir spontan jam 19.25 WIB
5. Melakukan masase uterus
Hasil : uterus
berkontraksi baik
6. Memeriksa plasenta
Hasil : plasenta
dan selaputnya lengkap, berat ± 500 gram, diameter ± 20 cm, tebal ± 2,5 cm,
insersi tali pusat sentralis, tidak ada infark, panjang tali pusat ± 40 cm,
diameter ± 1,5 cm
7. Memeriksa laserasi
Hasil : ada
laserasi, derajat II
8. Mengevalusi kontraksi uterus
Hasil : uterus
berkontraksi baik
9. Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase uterus
Hasil : ibu
dan keluarga dapat melakukan masase uterus
10. Menjahit laserasi
Hasil : laserasi
telah dijahit
11. Memeriksa jumlah perdarahan
Hasil : perdarahan
± 100 cc
12. Menempatkan semua peralatan dalam larutan chlorin 0,5 %
Hasil : peralatan
sedang didekontaminasi
13. Membersihkan ibu dan mengganti pakaiannya yang kotor
Hasil : ibu
merasa bersih dan nyaman
14. Membersihkan peralatan dan tempat persalinan
Hasil : peralatan
dan tempat persalinan bersih dan siap digunakan kembali
X. PENGKAJIAN, KALA IV
Tanggal 18
Februari 2010, jam 19.40 WIB
S : Ibu
merasakan perutnya mules
O : Kontraksi
baik, perdarahan normal, KU baik, TD 120/80 mmHg, suhu 37oC, nadi
84x/menit, kandung kemih kosong
A : Ny.
A, P1A0, umur 21 tahun, in partu kala IV
P :
Tanggal 18
Februari 2010, jam 19.50 WIB
1. Mengevaluasi kontraksi uterus dan keadaan ibu
Hasil :
Jam ke-
|
Waktu
|
TD
|
N
|
S
|
TFU
|
Kontraksi Uterus
|
Kandung kemih
|
Perdarahan
|
1
|
19.40
|
120/80
|
84
|
37
|
1 jari di bawah pusat
|
baik
|
kosong
|
tidak ada
|
|
19.55
|
120/80
|
84
|
|
1 jari di bawah pusat
|
baik
|
kosong
|
tidak ada
|
|
20.10
|
120/80
|
84
|
|
1 jari di bawah pusat
|
baik
|
kosong
|
tidak ada
|
|
20.25
|
120/80
|
84
|
|
1 jari di bawah pusat
|
baik
|
kosong
|
tidak ada
|
2
|
20.55
|
120/80
|
84
|
37
|
1 jari di bawah pusat
|
baik
|
kosong
|
tidak ada
|
|
21.25
|
120/80
|
84
|
|
1 jari di bawah pusat
|
baik
|
kosong
|
tidak ada
|
2. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dan makan
Hasil : ibu
mau istirahat dan makan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan persalinan kepada Ny.M dengan
persalinan normal di BPS, Pada tanggal 25 November 2007, maka ada beberapa hal
yang ingi penulis uraikan mengenai penanganan pertolongan persalinan ini,
pengkajian, analisa, dan planning yang telah penulis lakukan dapat dikemukakan
bahwa :
1. Pengkajian
Pengkajian
dilakukan oleh penulis dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
umum serta pemeriksaan laboratorium dalam mengukur Hb klien sehingga kebutuhan
penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung dalam penetapan diagnosa.
Pada proses pesalinannya berlangsung melalui 4 kala
dengan lama :
Kala I : 10 jam
Kala II : 15 menit
Kala III: 10 menit
Lama persalinan : 10 Jam 25
menit
Berdasarkan teori
bahwa lama persalinan bagi ibu primipara yaitu : ± 15,5 jam tetapi
pada klien berlangsung 10 jam 25 menit. Hal ini terjadi karena kontraksi / his ibu baik
sehingga kala I dan II berlangsung lebih singkat
2. Analisa
Penulis menegakkan diagnosa berdasarkan pengkajian yang
telah dilakukan
3. Planning
Pada penanganan persalinan pada Ny. A
ini asuhan kebidanan yang dilakukan adalah metode asuhan persalinan normal
(APN) dengan 58 langkah. Selain itu dalam penanganannya tidak lupa berprinsip pada
asuhan sayang ibu yaitu dengan
memperhatikan kondisi psikologi ibu bersalin yaitu dengan mengikutsertakan
keluarga (suami, orangtua) selama persalinan agar ibu mendapat support dalam
persalinan dan menganjurkan ibu memilih posisi ibu yang dianggap ibu nyaman
sehingga persalinan berlangsung aman dan nyaman baik bagi klien maupun
pengkaji (penolong)
Tapi ada hal yang tidak sesuai yaitu setelah bayi lahir
dan tali pusat dipotong, bayi langsung diberi susu formula dulu karena
ibu masih merasa lelah, baru 2 jam post partum atau kondisi ibu lebih baik bayi diberi ASI langsung dari ibunya.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, penulis tidak
mendapatkan hambatan apapun, karena adanya kooperatif ibu selama persalinan,
sehingga mempermudah penolong untuk melakukan asuhan kebidanan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Bahwa
dalam menegakkan diagnosa yang tepat maka haruslah dilakukan pengkajian pad ibu
yang akan brsalin secara menyeluruh yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dalam dan pemeriksaan laboratorium.
2.
Dalam
memberikan asuhan kebidanan pada proses bersalin penolong (bidan) harus memahami kondisi psikologi ibu
dan langkah pada memberikan pertolongan dengan harapan persalinan berlangsung
aman, nyaman, dan bersih tanpa adanya komplikasi yang mungkin terjadi.
3.
Bahwa
psikoogi ibu dalam bersalin juga perlu diperhatikan yaitu dengan
mengikutsertakan orang terdekat sehingga ibu mendapat support selama persalinan, karena dengan
psikologi ibu yang baik juga berpegaruh baik dengan proses persalinan
B. SARAN
1.
Untuk
Bidan
Dalam menolong
persalinan agar berpedoman pada 58
langkah asuhan persalinan normal serta tidak mengabaikan aseptik dan antiseptik
dalam penanganannya lebih memperhatikan kebutuhan klien baik fisik dan mental
yaitu dengan melakukan pengkajian menyeluruh sehinga dapat memberikan asuhan
kebidanan yang komprehensif.
2.
Untuk
Keluarga
Hendaknya
selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu dalam
proses persalianan
dan memenuhi kebutuhannya.
kala 3 dan kala 4 diagnosanya mungkin harusnya P1A0 partus kala III dan partus kala IV .
BalasHapusMembantu
BalasHapusSangat bermanfaat bu
BalasHapus