Kamis, 07 Juni 2012

ASKEB III (NIFAS)

 BAB I
ASKEB III (NIFAS)
ASKEB III (NIFAS)
                                        PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa kritis yang memerlukan pemantauan yang melekat, dan asuhan pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian yang diperkirakan 50% angka kematian dalam 24 jam (Prawirohardjo,S, 2001).
Asuhan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali, untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah‑masalah yang terjadi, dilakukan pada :
Kunjungan I          : 6-8 jam pasca persalinan.
Kunjungan II        : 6 hari pasca persalinan.
Kunjungan III       : 2 minggu pasca persalinan.
Kunjungan IV       : 6 minggu pasca persalinan.
Asuhan nifas dilakukan untuk menemukan kondisi yang tidak normal dan masalah masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan terhadap keadaan kritis yang terjadi (Saifuddin, 2002).

Pada laporan ilmiah ini,penulis mengupas mengenai asuhan kebidanan pada masa nifas yaitu 2 jam post partum normal yang ditemukan penulis pada lahan praktek di BPS Siti Musa’adah, Beringin, Ngaliyan-Semarang.

B.     Tujuan
a.      Tujuan Umum
Praktikan memperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan pada ibu nifas normal.Praktikan mampu memberi asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
b.     Tujuan Khusus
1.      Mampu melakukan anamnesa dengan menggunakan komunikasi yang baik dan benar kepada ibu hamil, serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
2.      Mampu melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang secara lengkap dengan benar dan tepat pada ibu hamil.
3.      Mampu menganalisa masalah berdasarkan data atau informasi yang telah diperoleh melalui anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan.
4.      Mampu membuat suatu perencanaan tindakan berdasarkan analisa yang telah ditentukan.
5.      Mampu melaksanakan asuhan secara komprehensif sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
6.      Mampu melakukan evaluasi dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
7.      Mampu membuat pendokumentasian menggunakan metode SOAP.

C.    Metodologi Penulisan
Metode dalam penulisan ini adalah diskriptif yaitu menggunakan gambaran secara garis besar serta teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan ini meliputi : wawancara (anamnesa) untuk mendapatkan data‑data yang diperlukan (data subjektif), metode observasi untuk mengamati perilaku dan keadaan untuk memperoleh data tentang kesehatan pasien, metode pemeriksaan fisik untuk memperjelas data-data, pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang serta metode kepustakaan untuk perkaya khasanah ilmiah yang mendukung pelaksanaan study kasus. (Sastroasmoro, 1995)

D.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
BAB I       Pendahuluan berisi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metodologi penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II     Tinjauan teori berisi konsep dasar nifas, kebutuhan masa nifas dan asuhan yang diberikan pada masa nifas.
BAB III    Tinjauan kasus berisi pengelolaan kasus.
BAB IV    Pembahasan
BAB V     Penutup berisi kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka

























BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1     PENGERTIAN
Ada beberapa pengertian masa nifas :
1.        Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999).
2.        Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
3.        Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000:122).
4.        Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
5.        Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu (Ibrahim C, 1998).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masa nifas merupakan masa setelah lahirnya plasenta hingga kembalinya organ-organ reproduksi seperti semula dengan kisaran waktu 6-12 minggu.
Dalam bahasa latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpurium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan.
Nifas di bagi dalam 3 periode :
1.      Puerperium dini
Kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2.      Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
3.      Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna.

2.2         PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
a.    Perubahan Sistem Reproduksi
          Pada sistem reproduksi akan terjadi involusi uterus, dimana terjadi proses kembalinya uterus seperti keadaan semula sebelum hamil. Proses involusi berlangsung selama 6 minggu dan selama proses ini berlangsung berat uterus berkurang sekitar 500 gram setiap minggunya, begitu juga ukuran serviks hingga akan menutup selebar 2 jari. Proses involusi uterus ini disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri. Pada hari pertama, TFU di atas simpisis pubis atau sekitar 12 cm . Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU setiap 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm.
Fundus uteri sekitar tiga jam pos partum di bawah pusat, selama dua hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi setelah dua hari uterus mengecil dengan cepatnya sehingga pada hari ke-10 tidak teraba lagi dari luar. Setelah enam minggu uterus pada ukuran semula.   Setelah plasenta lahir berat uterus 1000 gram, minggu I : 500 gram, minggu II : 375 gram, minggu ke III : 50-60 gram.
Penurunan TFU
Hari I post parturn             :    setinggi pusat
Hari ke-5  post partum       :    pertengahan pusat simpisis
Hari ke-10 post partum      :    tidak teraba
image_thumb.png



Sedangkan perubahan yang terjadi pada serviks ialah segera postpartum bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin.

Pada masa nifas terlihat pengeluaran cairan yang biasa disebut dengan lokia. Perubahan lokia dibagi dalam 4 tahap :
1.        Lokia rubra
Hari pertama dan kedua merupakan darah segar sisa-sisa selaput ketuban, sisa mekonium (feses janin), sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, dan lanugo.
2.      Lokia sanguinolenta
Hari ketiga hingga hari ketujuh cairan yang keluar adalah lokia sanguinolenta, terdiri atas darah dan sisa jaringan.
3.      Lokia serosa
Seminggu kemudian hingga 2 minggu, cairan yang keluar mulai berwarna kekuningan atau disebut lokia serosa.
4.      Lokia alba
Setelah dua minggu, cairan yang keluar mulai berwarna putih atau disebut lokia alba.

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiaapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar mammae untuk mengahadapi masa laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada mammae, antara lain :
1.        Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak.
2.        Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan, berwarna kuning (kolostrum).
3.        Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae
4.        Adanya pengaruh hormon prolaktin yang berfungsi untuk menghasilkan ASI.

b.    Perubahan Sistem Pencernaan
Penurunan produksi progesteron, menyebabkan nyeri ulu hati dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Ini terjadi karena kurangnya aktivitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan.

c.    Perubahan Sistem Perkemihan
          Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum, ini dikarenakan saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala 2 persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.

d.    Perubahan Sistem Endokrin
          Saat plasenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG dan HPL secara berangsur turun dan normal kembali setelah 7 hari postpartum. HCG sudah tidak terdapat dalam urine ibu setelah 2 hari postpartum.

e.     Perubahan Sistem Kardiovaskuler
          Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai kala tiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama postpartum dan akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 postpartum.


f.          Perubahan Sistem Hematologi
        Terjadi peningkatan sel darah putih yang merupakan manifestasi adanya infeksi pada persalinan. Hal ini dapat meningkat pada awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah merah. Pada 2-3 hari postpartum, konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2 % atau lebih. Total kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml.

2.3         KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS
Ibu dalam masa nifas juga memerlukan perhatian khusus seperti di kala hamil, Ibu nifaspun mempunyai kebutuhan dasar yang bisa membantu proses pemulihan. Kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut antara lain :
1.      Nutrisi dan Cairan
Tidak ada pantangan apa pun dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas. Ibu nifas harus mendapat nutrisi dengan tambahan kalori 200-500 kalori yang sangat berguna untuk produksi ASI dan proses penyembuhan. Nutrisi ini harus dipenuhi dengan makan makanan yang bergizi.
2.      Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat diperlukan, kecuali jika ada kontraindikasi. Ambulasi ini berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mencegah terjadinya tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja peristaltik dan kandung kemih sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi. Ambulasi pada ibu nifas dilakukan secara bertahap sesuai dengan kekuatan dan kemampuan Ibu.
3.      Eliminasi
Eliminasi juga penting untuk ibu nifas karena mencegah terjadinya distensi abdominal. Berbagai rangsangan dapat diberikan pada ibu jika mengalami kesulitan dalam eliminasi, seperti rendam duduk dan kompres hangat.
4.      Higiene
Area perineum merupakan daerah yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam hal kebersihan. Ibu terkadang merasa takut untuk menyentuh area tersebut, terutama pada ibu yang terdapat luka jahit di perineum. Bidan bisa mengajarkan ibu dengan cara mengalirkan air hangat ke atas vulva perineum setelah berkemih atau defekasi. Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya, dengan melakukan perawatan payudara secara rutin akan terhindar dari infeksi.
5.      Istirahat
Ibu nifas juga membutuhkan istirahat yang cukup untuk membantu mempercepat pemulihan organ-organ dan kelancaran produksi ASI. Istirahat ini dapat dilakukan dengan tidur siang dan tidur malam.

2.4         ADAPTASI PSIKOLOGIS MASA NIFAS
          Dalam masa transisi, ibu terkadang mengalami stres emosional terhadap perannya sebagai ibu baru. Ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1.        Respons dan dukungan dari keluarga dan teman
2.        Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3.        Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4.        Pengaruh budaya

Menurut Rubin, tahapan adaptasi psikologis ibu nifas terjadi dalam 3 tahap :
1.        Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, pada umumnya ibu bersikap pasif dan tergantung, dan perhatiannya tertuju pada perubahan tubuhnya. Pada tahap ini ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
2.        Taking hold
Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayinya. Ibu akan berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat bayi, namun ibu agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam merawat bayinya, sehingga ibu sangat membutuhkan dukungan emosional dari keluarga serta nasihat dari bidan untuk menerima pengetahuan dan kritikan.
3.        Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, Ibu mengambil tanggung jawab penuh dalam merawat bayinya. Umumnya pada periode ini sering terjadi depresi postpartum.

2.5         TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah :
1.      Memulihkan kesehatan umum penderita
a.    Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b.    Mengatasi anemia
c.    Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
d.   Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah.
2.      Mempertahankan kesehatan psikologis
3.      Mencegah infeksi dan komplikasi
4.      Memperlancar pembentukan air susu ibu
5.      Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

2.6         KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
Paling sedikit 4 kali kunjungan nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
          Frekuensi kunjungan masa nifas :
a.         Kunjungan I      :    6‑8 jam pasca persalinan.
Tujuan :
1)        Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
2)        Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
3)        Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
4)        Pemberian ASI awal
5)        Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6)        Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi
7)        Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
b.        Kunjungan II    :    6 hari pasca persalinan
Tujuan :
1)        Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2)        Manilai adanya demam
3)        Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4)        Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit
5)        Memberi konseling kepada ibu tentang asuhan kepada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari
c.       Kunjungan III   :    2 minggu pasca persalinan
                 Tujuan : sama dengan 6 hari pasca persalinan.
d.      Kunjungan IV   :    6 minggu pasca persalinan.
Tujuan :
1)        Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu
2)        Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini

BAB III
TINJAUAN KASUS


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL
NY. N, P1A0, USIA 22 TAHUN, 2 JAM POST PARTUM

I.         PENGKAJIAN
Tanggal           :    15 Februari 2010
Waktu             :    16.30 WIB
Tempat            :    BPS Siti Musa’adah

II.      BIODATA
Nama ibu      :    Ny. N                            Nama suami    :    Tn. S
Umur            :    22 tahun                        Umur              :    28 tahun
Agama          :    Islam                             Agama            :    Islam
Pendidikan   :    SMA                             Pendidikan     :    SMA
Pekerjaan      :    Ibu rumah tangga          Pekerjaan        :    Swasta
Suku bangsa :    Jawa                              Suku bangsa   :    Jawa
Alamat          :    Dukuh RT.04/02,          Alamat            :    Dukuh RT.04/02,
                          Ngaliyan                                                    Ngaliyan

III.   DATA SUBYEKTIF
1.         Alasan Datang :
     Ibu nifas
Keluhan Utama :
     Ibu mengatakan perutnya mules
2.         Riwayat Obstetri :
a.         Riwayat menstruasi :
Menarche      :    13 tahun
Lama            :    ± 7 hari
Banyak         :    2-3x ganti pembalut/hari
Siklus            :    ± 28 hari
b.        Riwayat Kehamilan/Persalinan :
Yang lalu :
     Ini merupakan kehamilan dan persalinan yang pertama
Sekarang :
     G1P0A0
     Tempat persalinan :  bidan
     Jenis persalinan  :  normal
     Komplikasi persalianan  :  tidak ada
     Keadaan plasenta dan tali pusat : plasenta dan tali pusat lahir lengkap, ukuran dan berat normal, tidak ada infark
     Lama persalianan :
-            Kala I       :    9 jam
-            Kala II     :    20 menit
-            Kala III    :    10 menit
-            Kala IV    :    2 jam
                          Jumlah perdarahan :
-            Kala I       :    0 cc
-            Kala II     :    ± 50 cc
-            Kala III    :    ± 100 cc
-            Kala IV    :    ± 20 cc
                          Keadaan bayi :
                               Ditolong oleh  :    bidan
                               Jenis kelamin  :    laki-laki
                               Tanggal/jam lahir : 15 Februari 2010 / 14.15 WIB
                               BB = 3100 gram, PB = 45cm, LK = 31 cm,  LD = 32 cm
                               APGAR SCORE : 9-10-10
                               Kelainan bawaan : tidak ada
3.         Riwayat Perkawinan :
     Status nikah      :    sah
     Lama nikah       :    ± 1 tahun
     Ibu menikah 1 kali dengan suami yang sekarang
4.         Riwayat Penyakit :
Dahulu     :    Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, hepatitis, asma, TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.
Sekarang  :    Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, hepatitis, asma, TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.
Keluarga  :    Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat keturunan kembar, penyakit jantung, hipertensi, DM, hepatitis, asma, TBC, malaria, HIV/AIDS, PMS.
5.         Riwayat KB :
     Ibu belum pernah menggunakan KB apapun
6.         Pola Kebutuhan Dasar Sehari-hari :
·      Pola Nutrisi  :    makan terakhir jam 14.30 WIB, porsi sedang, menu : nasi, lauk, sayur, minum air putih
     Keluhan        :    ibu mengatakan tidak ada keluhan
·      Pola Eliminasi   :  ibu belum BAB, BAK terakhir jam 15.30 WIB
     Keluhan             :  ibu masih takut saat mau BAK
·      Pola istirahat     :  ibu belum tidur setelah melahirkan
     Keluhan             :  ibu merasa mengantuk
·      Pola aktivitas     :  ibu masih berbaring di tempat tidur
     Keluhan             :  ibu merasa lemas
·      Personal hygiene  :  ibu telah mandi dan berganti pakaian yang bersih
     Keluhan                :  ibu mengatakan tidak ada keluhan
·      Pola sexual   :    ibu belum melaksanakan hubungan seksual setelah melahirkan
     Keluhan        :    ibu mengatakan tidak ada keluhan
·      Psiko, sosial, spiritual, cultural :  ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya. Hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga baik. Ibu beribadah sesuai dengan agamanya. Ibu tidak menganut adat istiadat yang bertentangan dengan kesehatan
·      Pola kebiasaan hidup sehat : ibu tidak mengkonsumsi minuman keras, obat-obatan terlarang, tidak merokok
     Keluhan        :    ibu mengatakan tidak ada keluhan
·      Pola menyusui     :    ibu telah menyusui bayinya setiap 1 jam, namun belum lancar
     Keluhan        :    ibu masih belum lancar saat menyusui
·      Tingkat pengetahuan    : ibu tahu bagaimana merawat bayinya dan menjaga kesehatan dirinya
·      Psikologis     :    ibu terlihat senang dengan kelahiran bayinya

IV.   DATA OBYEKTIF
1.         Keadaan umum  :  baik
2.         Tanda-tanda vital  :
TD         :    120/80 mmHg
Nadi      :    82x/menit
T            :    37oC
RR         :    22x/menit
3.         Pemeriksaan Fisik :
Kepala            :    mesocephal, kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak mudah rontok
Muka              :    tidak ada oedema
Leher              :    tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada               :    simetris, gerak nafas teratur
Perut               :    tidak ada pembesaran hati dan limpa
Ekstremitas     :    simetris, tidak ada varises, tidak ada oedema
Genetalia        :    tidak ada infeksi, jahitan perineum baik
Anus               :    tidak ada hemoroid
4.         Pemeriksaan Obstetri :
Muka            :    tidak ada oedema
Payudara      :    membesar, putting menonjol, air susu telah keluar, mammae bersih
Abdomen     :    tidak ada bekas operasi, TFU 1 jari di bawah pusat, uterus keras
Genetalia      :    tidak ada oedema, tidak ada varises, jahitan perineum baik
                          PPV : lochea rubra, jumlah ± 50 cc, bau : amis/khas, warna : merah
Ekstremitas   :    homan sign                tidak ada tanda tromboflebitis
5.         Penunjang :
Tidak dilakukan

V.      ANALISA
Ny. N, P1A0, umur 22 tahun, 2 jam post partum, fase taking in, dengan kebutuhan nutrisi dan ambulasi dini

VI.   PLANNING
Tanggal 15 Februari 2010, jam 16.35 WIB
1.         Memberitahu ibu bahwa kondisinya dalam keadaan normal
Hasil      :    ibu mengetahui kondisinya normal
2.         Menganjurkan ibu untuk makan dan minum guna mengembalikan tenaganya
Hasil      :    ibu bersedia makan dan minum
3.         Menjelaskan pada ibu bahwa perut mulas adalah hal yang wajar saat ibu dalam masa awal-awal nifas
Hasil      :    ibu mengerti bahwa perut terasa mulas merupakan hal yang wajar
4.         Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup
Hasil      :    ibu bersedia istirahat yang cukup
5.         Menganjurkan pada ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan daerah genetalianya dan merawat jahitan perineumnya
Hasil      :    ibu bersedia menjaga kebersihan daerah genetalianya dan merawat jahitan perineumnya
6.         Menyarankan pada ibu cara ambulasi dini yaitu dengan tidur miring, jalan-jalan, guna mengembalikan kondisi tubuhnya
Hasil      :    ibu mengerti cara ambulasi dini dan bersedia mempraktekannya

























BAB IV
PEMBAHASAN


Pada bab ini penulis sebagai praktikan akan mencoba membandingkan antara teori yang diperoleh dengan pelaksanaan asuhan kebidanan di lapangan mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan asuhan kebidanan yaitu asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
Pada dasarnya pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal di lapangan hampir sama dengan teori yang diperoleh, mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan asuhan kebidanan. Pada kasus di sini kita perlu mengkaji biodata identitas ibu dan alasan kedatangannya hal ini dimaksudkan supaya mengetahui komplikasi pada ibu nifas sedini mungkin.. Kita juga perlu mengkaji reaksi atau dukungan keluarga terhadap keadaan ibu dalam masa nifas. Selain itu juga perlu dikaji tentang keluhan atau apa yang dirasakan ibu yang mengganggu ketidaknyamanan ibu pada waktu masa nifas, riwayat kesehatan ibu dan keluarga, tentang riwayat haid ibu, riwayat kehamilan dan persalinan yang terdahulu, riwayat perkawinan, riwayat KB, kita juga perlu mengkaji reaksi atau dukungan keluarga terhadap masa nifas saat ini. Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan fisik.  
Pengkajian serta pemeriksaan yang dilakukan dalam kunjungan masa nifas yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada keabnormalan pada masa nifas, seperti kemungkinan gangguan involusi unteri, perdarahan, infeksi masa nifas, atau keadaan lain yang dapat membahayakan ibu. Oleh karena itu, ibu nifas sangat perlu memeriksakan dirinya untuk hal tersebut.
Sebagai bidan dalam praktiknya harus mengetahui keadaan ibu yang memang membutuhkan pemeriksaan yang baik agar ibu terhindar dari kesakitan akibat masa nifas, berdasar prinsip sayang ibu.



BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan kepada ibu pada masa nifas normal, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas normal tidak ada perbedaan yang menyolok antara teori dan praktek semua dikerjakan sesuai apa yang ada dalam teori.
2.      Dalam menerapkan manajemen kebidanan penulis pada kasus ini mulai dari pengkajian sampai evaluasi, tidak didapatkan masalah yang spesifik, karena ibu nifas masih dalam batas normal, yang didukung dengan data penunjang, sehingga penulis dapat menganalisa / menegakkan diagnosa serta melaksanakan asuhan kebidanan.

B.     Saran
·               Untuk Bidan
-             Betapa pentingnya penerapan asuhan kebidanan masa nifas, karena masa ini merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayi, dengan meningkatkan pengetahuan serta mutu pelayanan kesehatan.
-             Pentingnya memberikan konseling yang terus menerus tentang pendidikan kesehatan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat merubah perilaku yang kurang mendukung terhadap kesehatan.
·               Untuk Ibu dan Keluarga
-           Untuk ibu nifas sebaiknya selalu memperhatikan kebutuhan dirinya, seperti nutrisi yang cukup, serta kebersihan dirinya secara keseluruhan, karena pada masa nifas sangat rentan terhadap infeksi.
-           Untuk keluarga hendaknya selalu memberikan dorongan dan semangat kepada ibu, dan selalu membantu ibu dalam merawat bayinya dan  memenuhi kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA


Bagian Obstetri & Ginekologi, FK.Unpad. (1993). Obstetri, Bandung : Elstar
Doenges, Marilynn E. (2001). Rencana perawatan maternal bayi : Pedoman untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC.
DepKes RI. (1994). Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta : Bantuan Bank Dunia IBRD Loan 3298..
JNKP ‑ KR. (2001). Pelatihan Asuhan Persalinan bersih dan aman. Jakarta : JHPIEGO.
Prawirohardjo, S, (1995). Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S, (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Prawirohardjo, S, (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar